Senin, 02 Desember 2013

Yuk ke "Goa" Cemara!!


Mari Tour de Bantul ! selain terkenal dengan batiknya serta kerajinan kesenian di Kasongan, Bantul juga menyimpan pesona alam, seperti kebanyakan daerah di DIY. Pantai Goa Cemara adalah salah satu dari pesona alam Bantul. Untuk menuju Pantai Goa Cemara, kurang lebih 30 km atau kira-kira 1.5 jam berkendara dari pusat kota. Tentu saja, penuhi bensin Anda sebelumnya, sepanjang perjalanan Cuma dijumpai beberapa pombensin dengan letak yang berjauhan satu dengan yang lain. Pantai ini terletak di Dusun Patihan, Gadingsari, Sanden, Bantul. Arahnya arah menuju ke Pantai Parang Tritis, kurang lebih 10 menit sebelum pintu masuk Parang Tritis nanti ada persimpangan, di kanan jalan ada plang Pantai Goa Cemara. Entah beruntung atau memang tidak ada tarif masuknya, alih-alih mematut tarif, petugas malah mempersilahkan kami masuk secara gratis. Tentu saja parkirnya bayar. 2000 rupiah saja. 

Pantai Goa Cemara tergolong sepi, menurut informasi dari tukang parkir, memang untuk hari-hari biasa sepi, namun tidak demikian halnya di akhir minggu. Fasilitas di pantai ini antara lain terdapat beberapa tempat makan. Di pojok sebelum memasuki portal ke pantai ada pendopo yang cukup besar. Kemudian ada mushala berpagar anyaman bambu didekat tempat makan tadi. Mushalanya bisa menampung 5 jamaah, sayangnya tidak ada lampunya jadi gelap banget:s tempat wudhu tersedia sederet keran air, pun tidak ada penghalang antara laki-laki dan perempuan. Untuk toilet, ada di dekat mushala.
Terdapat spanduk yang dipasang menggantung di pepohonan cemara, berisi serangkaian acara lomba anak mungkin ini sebagai ajakan untuk mengunjungi pantai ini. Selain itu, terdapat bentuk kepedulian Dinas Pariwisata Bantul terhadap penyu laut yang mungkin bisa digambarkan lewat papan dibawah ini…


kampanye lingkungan hidup

Keunikan dari pantai ini tentu saja sesuai dengan namanya, Goa Cemara, Goa Cemara sebenernya bukanlah goa dalam artian yang sebenarnya, karena memang tidak dijumpai goa seperti yang ada dalam bayangan kita. Disebut goa cemara, karena ranting pohon cemara antara satu pohon dan pohon lain membentuk seperti kanopi, jadi ya mungkin karena itu diberi nama Pantai Goa Cemara.

“goa” cemara
Menuju pantai, kita akan melewati gundukan pasir dan “goa-goa” cemara. Terpampang papan peringatan dengan tulisan kapital super besar saat kita akan memasuki gerbang “goa” cemara, pertanda bahwa sebaiknya mengikuti anjuran ini, karena memang, sesampainya di pantai ombaknya nyata besar. Yang jelas tidak ada life guard seperti di film Baywatch.

warning sign
Saat ombak menghempas, tersisa banyak buih-buih putih, kontras dengan pasir hitamnya. Hmmm…

putih diatas hitam

Di bibir pantai persis memang tidak ada sampah, namun… dibelakangnya… banyak sampah berserakan. Sayang sekali ya pengelola pantai tidak menyediakan tong-tong sampah disekitar sini. Ada juga lumayan jauh di dekat pintu masuk “goa cemara” sebelum memasuki pantai. Tapi hal itu juga bukan alasan dong buang sembarangan… cukup sediakan kresek untuk menampung sampah kita selanjutnya dibuang ditong. jika kita masing-masing bertindak dengan langkah kecil namun kongkrit - tidak membuang sampah sembarangan… bisa dibayangkan pantai ini akan semakin elok. Plang peringatan yang ada juga sudah lepas dari tiangnya. kebanyakan pengunjung muda-mudi yang pacaran, ada juga yang sedang mencari peruntungan dengan memancing, rada aneh, karena bahkan saya tidak melihat aktifitas nelayan ataupun kapal yang tertambat di tepi pantai #CMIIW... 

sebuah perpaduan yang sempurna, ya?
Melihat pemandangan diatas, saya teringat kalimat yang saya ambil dari kitab suci ini: maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
-          Al-Quran Surat Ar Rahman -

Berkali-kali mengunjungi pantai, untuk pertama kalinya, di Pantai Goa Cemara inilah saya bisa tidur beralas pasir, beratap langit bersih dan disinari hangatnya matahari. musiknya? deburan ombak-sebuah instrumen alam yang sangat bagus, dan memberikan efek terapi. Dalam suasana seperti ini, kedekatan dengan alam semakin terasa. Pun tidak ada salahnya untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, trying to figure things out. Akhirnya, untuk penutup, saya menemukan satu lagu yang cocok banget dengan suasana diatas, lagunya Jamie Cullum yang berjudul All At Sea. Liriknya seperti ini :

"All At Sea"
I'm all at sea
Where no-one can bother me
Forgot my roots
If only for a day
Just me and my thoughts sailing far away
Like a warm drink it seeps into my soul
Please just leave me right here on my own
Later on you could spend some time with me
If you want to
All at sea
I'm all at sea
Where no-one can bother me
I sleep by myself
I drink on my own
I don't speak to nobody
I gave away my phone
Like a warm drink it seeps into my soul
Please just leave me right here on my own
Later on you could spend some time with me
If you want to
All at sea
Now I need you more than ever, I need you more than ever, now
You don't need it every day
But sometimes don't you just crave
To disappear within your mind
You never know what you might find
So come and spend some time with me
We will spend it all at sea
Like a warm drink it seeps into my soul
Please just leave me right here on my own
Later on you could spend some time with me
If you want to
All at sea




Kamis, 14 November 2013

Motivasi dari Joe Taslim



Iya... Kalo ada kemauan pasti ada jalan. Ini catetan inspirasi dari Merry Riana dalam "The Merry Riana Show" edisi 15 November 2013 di sebuah radio, dengan narasumber Joe Taslim, aktor laga Indonesia yang main di film Hollywood, "Fast and Furious 6".
1. berdoa dan bermimpi. Everything is possible. Kalo orang lain bisa kenapa kita tidak? 
2. kita tidak akan bisa berbuah kalo tidak punya benih. lakukan yang terbaik dengan yang kita bisa. 
3. catetan yang paling nonjok ialah... "Tuhan akan memberi kalo kita siap menerima." so, mari persiapkan diri biar kualitas naik.  
tambahannya...  Joe Taslim bilang untuk mencapai tahap seperti sekarang, dia melalui berbagai macam audisi, dengan kegagalan yang juga berulang-ulang. kata si Joe, yang penting kita terus belajar dari kegagalan. Kita gagal kalo kita berhenti mencoba....
I am ready to be unplugged
Semangat semangat… 


Selasa, 22 Oktober 2013

Mahasiswa dan Kebiasaan Membaca Koran*




Mahasiswa cenderung menyukai sesuatu yang cepat dan multi tasking. Begitu pula dengan caranya mendapatkan informasi. Hadirnya internet, cepat tapi pasti menggeser keberadaan media cetak, koran, misalnya. Internet menawarkan paket yang lengkap, alih-alih mendapatkan informasi, kita juga dapat bersosialisasi di sosial media. 
 


Kemungkinan beralihnya mahasiswa dari membaca koran adalah karena ketersediaan e-paper. Bisa jadi para mahasiswa sudah menyadari pentingnya aksi “Save Earth”, dalam konteks ini, mengurangi penggunaan kertas, termasuk koran.

Selain itu, rendahnya minat baca dan rasa keingintahuan akan informasi membuat mahasiswa jarang membaca koran. Bahkan, hanya melihat memegang koran saja sudah dibilang rajinlah. Menurut saya, ini salah satu indikasi bahwa membaca koran bisa dibilang sudah menjadi aktifitas yang eksklusif. Membaca koran lebih diidentikan dengan aktifitas senggang bapak-bapak sembari minum kopi, walaupun tidak sepenuhnya benar.

Saya sendiri, walau sangat jarang, menyempatkan satu-dua kali membeli koran. Untungnya, perpustakaan kampus menyediakan koran, sehingga memudahkan mahasiswa. Menurut saya, membaca koran penting bagi mahasiswa. Selain untuk menambah pengetahuan, membaca koran juga bisa menjadi sarana untuk menuliskan opini di rubrik yang disediakan.



*Opini pribadi saya yang dikirimkan ke Redaksi Kompas Kampus untuk rubrik “Argumentasi!” Kompas Kampus edisi pekan depan. Tulisan ini sekaligus tulisan pertama saya yang dikirim ke surat kabar. Bismillah… Semoga berkesan dan menyusul tulisan lain yaa... Amiin…









Sabtu, 12 Oktober 2013

Oleh-Oleh dari Stasiun



Rencananya hari ini aku mau pulang ke kampung halaman. Tidak seperti biasanya kepulangan menggunakan Bis patas AC jurusan Yogya-Cilacap itu, pulang kali ini aku memilih menggunakan kereta api. Pulang menggunakan kereta lebih cepat setengah jam dari waktu tempuh menggunakan bus yakni 4 jam, namun, orang rumah harus menjemput lebih jauh, di Stasiun Kroya. Kalo naik bus biasanya turun di Agen Bus di Sampang, eits, ini bukan Sampang Madura loh… sebuah kecamatan yang bisa dibilang kota kecil di Kabupaten Cilacap. Alasannya simpel, kepengin merasakan riuh rendah suasana di stasiun, melihat orang lalu lalang, melihat raut muka orang bingung di gerbong mana dia akan duduk, and it happened to me just some hours ago. Melihat orang tua muda besar kecil sukacita karena mau pulang ke rumah, bertemu family di kampong halaman. Yap, benar, entah itu stasiun, entah itu terminal, ato bandara sekalipun, di tempat-tempat seperti itulah tempat perjumpaan, tempat ngumpulnya rindu orang-orang. Jadi, maklum aja, kenapa orang rela bela-belain empet-empetan ngantri tiket demi kepulangan yang hanya satu-dua hari. Menyadur liriknya Lady Antebellum, “Home Is Where the Heart Is”.
Balik lagi ke pengalaman hari ini…
Jadi,,, kemarin Rabu (09/10) aku nitip tiket ke temen SMAku, untuk hair Jumat (11/10) dan tinggal 26 seats. Oke…. Aku bayar, dengan harga yang jauh lebih mahal untuk Kereta Logawa jurusan Lempuyangan – Purwokerto, kelas Ekonomi, Rp 50.000,-. Kenapa lebih mahal? Karena harusnya aku pake KTM, biar didiskon 28%, fyi PT KAI lagi ngadain program diskon pelajar 28% dalam rangka hari Sumpah Pemuda. Ini nih tiketnya…

           


Oke gan, tiket udah ditangan. Persiapan udah matang, tinggal berangkat nunggu Temen kosan nganterin. Telat sih nganterinnya, di tiket tertera kereta berangkat jam 14.34, tapi jam 14.15 baru keluar kosan, itu pula ngantri lampu merah, ngantri beli bensin, dan macet di Kotabaru karena ada proyek benerin jalan, okeh perfect! Udah deh langsung lari2 menuju dalem stasiun. Sesampenya disana langsung masuk gerbong, melewati Petugas pemeriksaan karcis dengan sukses. Njuk nyari tempat duduk, bolak-balik beberapa kali, mana tas ransel berat banget. Akhirnya dapet juga, Gerbong 3 No. 18 C itu. Petugas kereta sudah memberikan komando kereta akan segera meluncur. Aku sudah ada di gerbong yang bener, dengan tempat duduk yang bener pula. Mataku beredar, pikirku bertanya-tanya, kenapa temenku yang harusnya satu gerbong beda satu nomer (dia nomer 19) ko dia ga ada, apa jangan2 dia ketinggalan kereta. Aku sms temenku, dia ada dimana. Ibu-ibu  yang duduk di seberang bilang kalo tempat duduku harusnya udah ada yang nempatin. Sounds weird. Oke…aku Tanya ke Mbak-mbak disebelahku, ini kereta jurusan Purwokerto kan? Setelah berkeringat kesana kemari cari gerbong, aku harus menghadapi kenyataan dari mulut embaknya bahwa kereta yang kunaiki ini kereta Pasundan jurusan Surabaya. keretaku telah berlari. Deg. It hits me. I wasn’t on the right track.
Aku turun dari gerbong kereta Pasundan, dengan lunglai. Tanya ke Ibu-Ibu penjual makanan apakah kereta yang disebelah kereta Pasundan itu kereta Logawa… Ya bukanlah, bebiii… konyol juga sih tanyanya, udah liat tempat kan, masi aja nanya, duduknya aja adep2an kaya KRL, which is itu kereta Prameks. Analisaku, sebelum lajur 2 diisi kereta Prameks, besar kemungkinan kereta Logawa tadi bersebelahan sama kereta Pasundan. Itu ibarat kamu ga dapet nilai B, tapi C, karena emang poinnya kurang 0,1. Nyaris.
Aku berjalan dengan lesu, nyari tempat duduk, buat menenagkan diri. Menertawakan sendiri kebodohanku. Haha:D I did. I was fool. Aku menyibukkan diri dengan memandangi tiket dan mengeluarkan buku “Mimpi Sejuta Dolar” yang baru aku beli menjelang keberangkatan. Kuhubungi teman2ku, anyone yang bisa jemput di stasiun… aku merencanakan sekalian pesen tiket bis untuk pulang hair ini kalo bisa. Kalo engga yan besok. Akhirnya temen kostku bisa jemput. Walo harus nunggu lama, 1 jam-an kali yaa…  sembari menunggu aku mencoba telpon agen Bus buat reservasi tiket. ga diangkat. setelah 20 menit berlalu, nunggu temenku, aku tanya ke Petugas kalo ketinggalan kereta bisa di-reimburst ga? “ga bisa, mbak, hangus…” okee…
Aku keluar dari stasiun bagian dalam, menunggu temenku. Lama aku nunggu, yang ditunggu ga dateng2. Aku berubah pikiran buat beli tiket untuk hair ini (12/10). Ngantri banget. Kenapa ga dari tadi kalo ujung2nya mau pulang naik kereta juga? Yang artinya aku harus menunggu 100 orang antri dimana harusnya bisa aku sortir kalo habis keluar dari kereta tadi langsung beli tiket.  Akhirnya temenku dateng, pas waktu aku telpon dia ga usah ke stasiun, biar dijemput entar aja, soale aq lagi ngantri. Dia bersama cowoknya ke stasiun, menunggu di luar. Aku keluar dari antrian, menemui dia, menjelaskan kronologisnya, dan meminta maaf atas keputusan mendadak ini. Untungnya dia ngertiin. Makasih Gania…
Terlepas dari semua kejadian diatas, hari ini aku belajar banyak hal….
1.     Kalo mau berangkat jangan mepet. Lebih mending di TKP amannya setengah jam sebelum keberangkatan ato mungkin lebih kalo harus melewati serangkaian pemeriksaan yang lumayan ribet. maksimal seperempat jamnya lah. Kenapa? Ini buat menjaga biar suasana hati tetep kalem. kalo telat kaya tadi, jadinya panik, njuk salah gerbong, yang mungkin bisa aja aku sekarang udah berkumpul dengan keluarga di rumah;
2.    ikuti instruksi. Ikuti birokrasi. Ikuti alurnya. Malu bertanya sesat dijalan. Tanya ke petugas, bukan orang lain buat cari aman;
3.    kalo udah kejadian kaya tadi, segera cari ide lain kalo rencana awal gagal apa rencana selanjutnya, istilahnya efisiensi waktu;
4.    belajar sabar, yang pertama sabar karena harus menghadapi kenyataan kereta udah berangkat, yang kedua sabar karena kudu ngantri 100 orang buat dapet tiket kereta esok hari;
5.    belajar tentang diri sendiri. masih banyak kekurangan. masih banyak hal2 simpel macam tadi yang belum bisa ditangani sesuai tahapannya dengan elegan;
6.    belajar untuk nyaman dengan diri sendiri ketika di tempat umum, bahkan ketika orang lain menganggap kejadian itu sebagai sebuah kebodohan;
7.    Belajar cuek. Who cares? yes, others did pada mulanya, but it’s all coming back to us, then. As long as we enjoy the happening, people will think as it seems. The truth is only we know. Hahaha :D;
8.    belajar kalo koneksi itu penting banget. Siapa yang bisa nolong dalam situasi yang jungkir balik kaya tadi. Kudu siap dengan temen banyak jika temen yang lain ga bisa jemput. Go meet people. Kenalan, jalin hubungan baik dengan mereka. stay connected;
9.    belajar kalo nggak semua yang kita inginkan bisa tercapai. Bahwa ada hal-hal lain yang mungkin sengaja jalannya disasarin ama Tuhan biar kita belajar, biar kita bangun, biar kita bersyukur meliat sekeliling kita. Seenggaknya dengan ketinggalan kereta tadii, aku jadi inget kalo kebanyakan orang dari rantau pulang ke kampung halaman ya bawa oleh2 dari rantauannya buat orang rumah, entah itu gudeg, bakpia. anything. inget ya, honey, bukan nilainya, bukan karena di rumah jualan jajanan jadi ga ngebeliiin juga, tapi lebih ke menghargai orang rumah, siapa yang selalu ada saat kita butuh? ya mungkin mereka bakal bilang ngapain repot2. Oleh2 ibarat bentuk penghargaan, how I live far from them. I seldom meet them, and if I did, I want to do something good. Iya,  dengan telat tadi, Tuhan ngingetin, kalo aku masih mentingin diri sendiri. bawa keperluan pribadi doang… Lewat orang yang lari-larian kesana kemari bawa tas berat dan oleh2 tadi, aku diiingetin bahwa aku ngelupain hal-hal simpel namun bermakna yang selama ini aku abai;
10.  belajar membuat rencana cadangan ketika rencana awal gagal;
11.  Belajar mikir cepet;
12.  belajar untuk keep calm even when we’re not, indeed. belajar untuk memenejemen suasana hati. jangan gampang panikan, karna panik seringkali berujung pada ruwetnya pikiran;
13.  belajar untuk mengambil tanggungjawab atas kepentingan sendiri. Harusnya jangan terlalu ngandelin satu temen. Harus mandiri coy. Ini baru Jogja loh,… belum Jakarta, apalagi luar negeri. Harusnya tadi memastikan sih, kalo temen beneran bisa nganter, sehingga siap2 minta anterin temen lain kalo dia engga bisa… biar ga telat; dan…
14.  belajar menertawakan diri sendiri. Laugh a lot for us. Cheers!