Selasa, 22 Oktober 2013

Mahasiswa dan Kebiasaan Membaca Koran*




Mahasiswa cenderung menyukai sesuatu yang cepat dan multi tasking. Begitu pula dengan caranya mendapatkan informasi. Hadirnya internet, cepat tapi pasti menggeser keberadaan media cetak, koran, misalnya. Internet menawarkan paket yang lengkap, alih-alih mendapatkan informasi, kita juga dapat bersosialisasi di sosial media. 
 


Kemungkinan beralihnya mahasiswa dari membaca koran adalah karena ketersediaan e-paper. Bisa jadi para mahasiswa sudah menyadari pentingnya aksi “Save Earth”, dalam konteks ini, mengurangi penggunaan kertas, termasuk koran.

Selain itu, rendahnya minat baca dan rasa keingintahuan akan informasi membuat mahasiswa jarang membaca koran. Bahkan, hanya melihat memegang koran saja sudah dibilang rajinlah. Menurut saya, ini salah satu indikasi bahwa membaca koran bisa dibilang sudah menjadi aktifitas yang eksklusif. Membaca koran lebih diidentikan dengan aktifitas senggang bapak-bapak sembari minum kopi, walaupun tidak sepenuhnya benar.

Saya sendiri, walau sangat jarang, menyempatkan satu-dua kali membeli koran. Untungnya, perpustakaan kampus menyediakan koran, sehingga memudahkan mahasiswa. Menurut saya, membaca koran penting bagi mahasiswa. Selain untuk menambah pengetahuan, membaca koran juga bisa menjadi sarana untuk menuliskan opini di rubrik yang disediakan.



*Opini pribadi saya yang dikirimkan ke Redaksi Kompas Kampus untuk rubrik “Argumentasi!” Kompas Kampus edisi pekan depan. Tulisan ini sekaligus tulisan pertama saya yang dikirim ke surat kabar. Bismillah… Semoga berkesan dan menyusul tulisan lain yaa... Amiin…









Sabtu, 12 Oktober 2013

Oleh-Oleh dari Stasiun



Rencananya hari ini aku mau pulang ke kampung halaman. Tidak seperti biasanya kepulangan menggunakan Bis patas AC jurusan Yogya-Cilacap itu, pulang kali ini aku memilih menggunakan kereta api. Pulang menggunakan kereta lebih cepat setengah jam dari waktu tempuh menggunakan bus yakni 4 jam, namun, orang rumah harus menjemput lebih jauh, di Stasiun Kroya. Kalo naik bus biasanya turun di Agen Bus di Sampang, eits, ini bukan Sampang Madura loh… sebuah kecamatan yang bisa dibilang kota kecil di Kabupaten Cilacap. Alasannya simpel, kepengin merasakan riuh rendah suasana di stasiun, melihat orang lalu lalang, melihat raut muka orang bingung di gerbong mana dia akan duduk, and it happened to me just some hours ago. Melihat orang tua muda besar kecil sukacita karena mau pulang ke rumah, bertemu family di kampong halaman. Yap, benar, entah itu stasiun, entah itu terminal, ato bandara sekalipun, di tempat-tempat seperti itulah tempat perjumpaan, tempat ngumpulnya rindu orang-orang. Jadi, maklum aja, kenapa orang rela bela-belain empet-empetan ngantri tiket demi kepulangan yang hanya satu-dua hari. Menyadur liriknya Lady Antebellum, “Home Is Where the Heart Is”.
Balik lagi ke pengalaman hari ini…
Jadi,,, kemarin Rabu (09/10) aku nitip tiket ke temen SMAku, untuk hair Jumat (11/10) dan tinggal 26 seats. Oke…. Aku bayar, dengan harga yang jauh lebih mahal untuk Kereta Logawa jurusan Lempuyangan – Purwokerto, kelas Ekonomi, Rp 50.000,-. Kenapa lebih mahal? Karena harusnya aku pake KTM, biar didiskon 28%, fyi PT KAI lagi ngadain program diskon pelajar 28% dalam rangka hari Sumpah Pemuda. Ini nih tiketnya…

           


Oke gan, tiket udah ditangan. Persiapan udah matang, tinggal berangkat nunggu Temen kosan nganterin. Telat sih nganterinnya, di tiket tertera kereta berangkat jam 14.34, tapi jam 14.15 baru keluar kosan, itu pula ngantri lampu merah, ngantri beli bensin, dan macet di Kotabaru karena ada proyek benerin jalan, okeh perfect! Udah deh langsung lari2 menuju dalem stasiun. Sesampenya disana langsung masuk gerbong, melewati Petugas pemeriksaan karcis dengan sukses. Njuk nyari tempat duduk, bolak-balik beberapa kali, mana tas ransel berat banget. Akhirnya dapet juga, Gerbong 3 No. 18 C itu. Petugas kereta sudah memberikan komando kereta akan segera meluncur. Aku sudah ada di gerbong yang bener, dengan tempat duduk yang bener pula. Mataku beredar, pikirku bertanya-tanya, kenapa temenku yang harusnya satu gerbong beda satu nomer (dia nomer 19) ko dia ga ada, apa jangan2 dia ketinggalan kereta. Aku sms temenku, dia ada dimana. Ibu-ibu  yang duduk di seberang bilang kalo tempat duduku harusnya udah ada yang nempatin. Sounds weird. Oke…aku Tanya ke Mbak-mbak disebelahku, ini kereta jurusan Purwokerto kan? Setelah berkeringat kesana kemari cari gerbong, aku harus menghadapi kenyataan dari mulut embaknya bahwa kereta yang kunaiki ini kereta Pasundan jurusan Surabaya. keretaku telah berlari. Deg. It hits me. I wasn’t on the right track.
Aku turun dari gerbong kereta Pasundan, dengan lunglai. Tanya ke Ibu-Ibu penjual makanan apakah kereta yang disebelah kereta Pasundan itu kereta Logawa… Ya bukanlah, bebiii… konyol juga sih tanyanya, udah liat tempat kan, masi aja nanya, duduknya aja adep2an kaya KRL, which is itu kereta Prameks. Analisaku, sebelum lajur 2 diisi kereta Prameks, besar kemungkinan kereta Logawa tadi bersebelahan sama kereta Pasundan. Itu ibarat kamu ga dapet nilai B, tapi C, karena emang poinnya kurang 0,1. Nyaris.
Aku berjalan dengan lesu, nyari tempat duduk, buat menenagkan diri. Menertawakan sendiri kebodohanku. Haha:D I did. I was fool. Aku menyibukkan diri dengan memandangi tiket dan mengeluarkan buku “Mimpi Sejuta Dolar” yang baru aku beli menjelang keberangkatan. Kuhubungi teman2ku, anyone yang bisa jemput di stasiun… aku merencanakan sekalian pesen tiket bis untuk pulang hair ini kalo bisa. Kalo engga yan besok. Akhirnya temen kostku bisa jemput. Walo harus nunggu lama, 1 jam-an kali yaa…  sembari menunggu aku mencoba telpon agen Bus buat reservasi tiket. ga diangkat. setelah 20 menit berlalu, nunggu temenku, aku tanya ke Petugas kalo ketinggalan kereta bisa di-reimburst ga? “ga bisa, mbak, hangus…” okee…
Aku keluar dari stasiun bagian dalam, menunggu temenku. Lama aku nunggu, yang ditunggu ga dateng2. Aku berubah pikiran buat beli tiket untuk hair ini (12/10). Ngantri banget. Kenapa ga dari tadi kalo ujung2nya mau pulang naik kereta juga? Yang artinya aku harus menunggu 100 orang antri dimana harusnya bisa aku sortir kalo habis keluar dari kereta tadi langsung beli tiket.  Akhirnya temenku dateng, pas waktu aku telpon dia ga usah ke stasiun, biar dijemput entar aja, soale aq lagi ngantri. Dia bersama cowoknya ke stasiun, menunggu di luar. Aku keluar dari antrian, menemui dia, menjelaskan kronologisnya, dan meminta maaf atas keputusan mendadak ini. Untungnya dia ngertiin. Makasih Gania…
Terlepas dari semua kejadian diatas, hari ini aku belajar banyak hal….
1.     Kalo mau berangkat jangan mepet. Lebih mending di TKP amannya setengah jam sebelum keberangkatan ato mungkin lebih kalo harus melewati serangkaian pemeriksaan yang lumayan ribet. maksimal seperempat jamnya lah. Kenapa? Ini buat menjaga biar suasana hati tetep kalem. kalo telat kaya tadi, jadinya panik, njuk salah gerbong, yang mungkin bisa aja aku sekarang udah berkumpul dengan keluarga di rumah;
2.    ikuti instruksi. Ikuti birokrasi. Ikuti alurnya. Malu bertanya sesat dijalan. Tanya ke petugas, bukan orang lain buat cari aman;
3.    kalo udah kejadian kaya tadi, segera cari ide lain kalo rencana awal gagal apa rencana selanjutnya, istilahnya efisiensi waktu;
4.    belajar sabar, yang pertama sabar karena harus menghadapi kenyataan kereta udah berangkat, yang kedua sabar karena kudu ngantri 100 orang buat dapet tiket kereta esok hari;
5.    belajar tentang diri sendiri. masih banyak kekurangan. masih banyak hal2 simpel macam tadi yang belum bisa ditangani sesuai tahapannya dengan elegan;
6.    belajar untuk nyaman dengan diri sendiri ketika di tempat umum, bahkan ketika orang lain menganggap kejadian itu sebagai sebuah kebodohan;
7.    Belajar cuek. Who cares? yes, others did pada mulanya, but it’s all coming back to us, then. As long as we enjoy the happening, people will think as it seems. The truth is only we know. Hahaha :D;
8.    belajar kalo koneksi itu penting banget. Siapa yang bisa nolong dalam situasi yang jungkir balik kaya tadi. Kudu siap dengan temen banyak jika temen yang lain ga bisa jemput. Go meet people. Kenalan, jalin hubungan baik dengan mereka. stay connected;
9.    belajar kalo nggak semua yang kita inginkan bisa tercapai. Bahwa ada hal-hal lain yang mungkin sengaja jalannya disasarin ama Tuhan biar kita belajar, biar kita bangun, biar kita bersyukur meliat sekeliling kita. Seenggaknya dengan ketinggalan kereta tadii, aku jadi inget kalo kebanyakan orang dari rantau pulang ke kampung halaman ya bawa oleh2 dari rantauannya buat orang rumah, entah itu gudeg, bakpia. anything. inget ya, honey, bukan nilainya, bukan karena di rumah jualan jajanan jadi ga ngebeliiin juga, tapi lebih ke menghargai orang rumah, siapa yang selalu ada saat kita butuh? ya mungkin mereka bakal bilang ngapain repot2. Oleh2 ibarat bentuk penghargaan, how I live far from them. I seldom meet them, and if I did, I want to do something good. Iya,  dengan telat tadi, Tuhan ngingetin, kalo aku masih mentingin diri sendiri. bawa keperluan pribadi doang… Lewat orang yang lari-larian kesana kemari bawa tas berat dan oleh2 tadi, aku diiingetin bahwa aku ngelupain hal-hal simpel namun bermakna yang selama ini aku abai;
10.  belajar membuat rencana cadangan ketika rencana awal gagal;
11.  Belajar mikir cepet;
12.  belajar untuk keep calm even when we’re not, indeed. belajar untuk memenejemen suasana hati. jangan gampang panikan, karna panik seringkali berujung pada ruwetnya pikiran;
13.  belajar untuk mengambil tanggungjawab atas kepentingan sendiri. Harusnya jangan terlalu ngandelin satu temen. Harus mandiri coy. Ini baru Jogja loh,… belum Jakarta, apalagi luar negeri. Harusnya tadi memastikan sih, kalo temen beneran bisa nganter, sehingga siap2 minta anterin temen lain kalo dia engga bisa… biar ga telat; dan…
14.  belajar menertawakan diri sendiri. Laugh a lot for us. Cheers!