Rencananya hari ini aku mau pulang ke kampung
halaman. Tidak seperti biasanya kepulangan menggunakan Bis patas AC jurusan
Yogya-Cilacap itu, pulang kali ini aku memilih menggunakan kereta api. Pulang menggunakan
kereta lebih cepat setengah jam dari waktu tempuh menggunakan bus yakni 4 jam,
namun, orang rumah harus menjemput lebih jauh, di Stasiun Kroya. Kalo naik bus
biasanya turun di Agen Bus di Sampang, eits, ini bukan Sampang Madura loh…
sebuah kecamatan yang bisa dibilang kota kecil di Kabupaten Cilacap. Alasannya
simpel, kepengin merasakan riuh rendah suasana di stasiun, melihat orang lalu
lalang, melihat raut muka orang bingung di gerbong mana dia akan duduk, and it happened to me just some hours ago. Melihat
orang tua muda besar kecil sukacita karena mau pulang ke rumah, bertemu family
di kampong halaman. Yap, benar, entah itu stasiun, entah itu terminal, ato
bandara sekalipun, di tempat-tempat seperti itulah tempat perjumpaan, tempat
ngumpulnya rindu orang-orang. Jadi, maklum aja, kenapa orang rela bela-belain
empet-empetan ngantri tiket demi kepulangan yang hanya satu-dua hari. Menyadur
liriknya Lady Antebellum, “Home Is Where
the Heart Is”.
Balik
lagi ke pengalaman hari ini…
Jadi,,, kemarin Rabu (09/10) aku nitip
tiket ke temen SMAku, untuk hair Jumat (11/10) dan tinggal 26 seats. Oke…. Aku
bayar, dengan harga yang jauh lebih mahal untuk Kereta Logawa jurusan
Lempuyangan – Purwokerto, kelas Ekonomi, Rp 50.000,-. Kenapa lebih mahal?
Karena harusnya aku pake KTM, biar didiskon 28%, fyi PT KAI lagi ngadain
program diskon pelajar 28% dalam rangka hari Sumpah Pemuda. Ini nih tiketnya…
Oke gan, tiket udah ditangan. Persiapan
udah matang, tinggal berangkat nunggu Temen kosan nganterin. Telat sih
nganterinnya, di tiket tertera kereta berangkat jam 14.34, tapi jam 14.15 baru
keluar kosan, itu pula ngantri lampu merah, ngantri beli bensin, dan macet di
Kotabaru karena ada proyek benerin jalan, okeh perfect! Udah deh langsung lari2
menuju dalem stasiun. Sesampenya disana langsung masuk gerbong, melewati Petugas
pemeriksaan karcis dengan sukses. Njuk nyari tempat duduk, bolak-balik beberapa
kali, mana tas ransel berat banget. Akhirnya dapet juga, Gerbong 3 No. 18 C
itu. Petugas kereta sudah memberikan komando kereta akan segera meluncur. Aku
sudah ada di gerbong yang bener, dengan tempat duduk yang bener pula. Mataku
beredar, pikirku bertanya-tanya, kenapa temenku yang harusnya satu gerbong beda
satu nomer (dia nomer 19) ko dia ga ada, apa jangan2 dia ketinggalan kereta.
Aku sms temenku, dia ada dimana. Ibu-ibu
yang duduk di seberang bilang kalo tempat duduku harusnya udah ada yang
nempatin. Sounds weird. Oke…aku Tanya ke Mbak-mbak disebelahku, ini kereta
jurusan Purwokerto kan? Setelah berkeringat kesana kemari cari gerbong, aku
harus menghadapi kenyataan dari mulut embaknya bahwa kereta yang kunaiki ini
kereta Pasundan jurusan Surabaya. keretaku telah berlari. Deg. It hits me. I wasn’t on the right track.
Aku turun dari gerbong kereta Pasundan,
dengan lunglai. Tanya ke Ibu-Ibu penjual makanan apakah kereta yang disebelah
kereta Pasundan itu kereta Logawa… Ya bukanlah, bebiii… konyol juga sih
tanyanya, udah liat tempat kan, masi aja nanya, duduknya aja adep2an kaya KRL, which is itu kereta Prameks. Analisaku,
sebelum lajur 2 diisi kereta Prameks, besar kemungkinan kereta Logawa tadi bersebelahan
sama kereta Pasundan. Itu ibarat kamu ga dapet nilai B, tapi C, karena emang
poinnya kurang 0,1. Nyaris.
Aku berjalan dengan lesu, nyari tempat duduk,
buat menenagkan diri. Menertawakan sendiri kebodohanku. Haha:D I did. I was fool. Aku menyibukkan diri
dengan memandangi tiket dan mengeluarkan buku “Mimpi Sejuta Dolar” yang baru
aku beli menjelang keberangkatan. Kuhubungi teman2ku, anyone yang bisa jemput
di stasiun… aku merencanakan sekalian pesen tiket bis untuk pulang hair ini
kalo bisa. Kalo engga yan besok. Akhirnya temen kostku bisa jemput. Walo harus
nunggu lama, 1 jam-an kali yaa… sembari
menunggu aku mencoba telpon agen Bus buat reservasi tiket. ga diangkat. setelah
20 menit berlalu, nunggu temenku, aku tanya ke Petugas kalo ketinggalan kereta
bisa di-reimburst ga? “ga bisa, mbak,
hangus…” okee…
Aku keluar dari stasiun bagian dalam,
menunggu temenku. Lama aku nunggu, yang ditunggu ga dateng2. Aku berubah
pikiran buat beli tiket untuk hair ini (12/10). Ngantri banget. Kenapa ga dari
tadi kalo ujung2nya mau pulang naik kereta juga? Yang artinya aku harus
menunggu 100 orang antri dimana harusnya bisa aku sortir kalo habis keluar dari
kereta tadi langsung beli tiket. Akhirnya
temenku dateng, pas waktu aku telpon dia ga usah ke stasiun, biar dijemput
entar aja, soale aq lagi ngantri. Dia bersama cowoknya ke stasiun, menunggu di
luar. Aku keluar dari antrian, menemui dia, menjelaskan kronologisnya, dan meminta
maaf atas keputusan mendadak ini. Untungnya dia ngertiin. Makasih Gania…
Terlepas
dari semua kejadian diatas, hari ini aku belajar banyak hal….
1.
Kalo
mau berangkat jangan mepet. Lebih mending di TKP amannya setengah jam sebelum
keberangkatan ato mungkin lebih kalo harus melewati serangkaian pemeriksaan
yang lumayan ribet. maksimal seperempat jamnya lah. Kenapa? Ini buat menjaga biar
suasana hati tetep kalem. kalo telat kaya tadi, jadinya panik, njuk salah
gerbong, yang mungkin bisa aja aku sekarang udah berkumpul dengan keluarga di
rumah;
2.
ikuti
instruksi. Ikuti birokrasi. Ikuti alurnya. Malu bertanya sesat dijalan. Tanya
ke petugas, bukan orang lain buat cari aman;
3.
kalo
udah kejadian kaya tadi, segera cari ide lain kalo rencana awal gagal apa
rencana selanjutnya, istilahnya efisiensi waktu;
4.
belajar
sabar, yang pertama sabar karena harus menghadapi kenyataan kereta udah
berangkat, yang kedua sabar karena kudu ngantri 100 orang buat dapet tiket
kereta esok hari;
5.
belajar
tentang diri sendiri. masih banyak kekurangan. masih banyak hal2 simpel macam
tadi yang belum bisa ditangani sesuai tahapannya dengan elegan;
6.
belajar
untuk nyaman dengan diri sendiri ketika di tempat umum, bahkan ketika orang
lain menganggap kejadian itu sebagai sebuah kebodohan;
7.
Belajar
cuek. Who cares? yes, others did pada
mulanya, but it’s all coming back to us,
then. As long as we enjoy the happening, people will think as it seems. The
truth is only we know. Hahaha :D;
8.
belajar
kalo koneksi itu penting banget. Siapa yang bisa nolong dalam situasi yang
jungkir balik kaya tadi. Kudu siap dengan temen banyak jika temen yang lain ga
bisa jemput. Go meet people. Kenalan,
jalin hubungan baik dengan mereka. stay
connected;
9.
belajar
kalo nggak semua yang kita inginkan bisa tercapai. Bahwa ada hal-hal lain yang
mungkin sengaja jalannya disasarin ama Tuhan biar kita belajar, biar kita
bangun, biar kita bersyukur meliat sekeliling kita. Seenggaknya dengan
ketinggalan kereta tadii, aku jadi inget kalo kebanyakan orang dari rantau
pulang ke kampung halaman ya bawa oleh2 dari rantauannya buat orang rumah,
entah itu gudeg, bakpia. anything. inget ya, honey, bukan nilainya, bukan
karena di rumah jualan jajanan jadi ga ngebeliiin juga, tapi lebih ke
menghargai orang rumah, siapa yang selalu ada saat kita butuh? ya mungkin
mereka bakal bilang ngapain repot2. Oleh2 ibarat bentuk penghargaan, how I live far from them. I seldom meet
them, and if I did, I want to do something good. Iya, dengan telat tadi, Tuhan ngingetin, kalo aku masih
mentingin diri sendiri. bawa keperluan pribadi doang… Lewat orang yang
lari-larian kesana kemari bawa tas berat dan oleh2 tadi, aku diiingetin bahwa
aku ngelupain hal-hal simpel namun bermakna yang selama ini aku abai;
10. belajar membuat rencana cadangan ketika
rencana awal gagal;
11. Belajar mikir cepet;
12. belajar untuk keep calm even when we’re not, indeed.
belajar untuk memenejemen suasana hati. jangan gampang panikan, karna panik
seringkali berujung pada ruwetnya pikiran;
13. belajar untuk mengambil tanggungjawab atas
kepentingan sendiri. Harusnya jangan terlalu ngandelin satu temen. Harus
mandiri coy. Ini baru Jogja loh,… belum Jakarta, apalagi luar negeri. Harusnya
tadi memastikan sih, kalo temen beneran bisa nganter, sehingga siap2 minta
anterin temen lain kalo dia engga bisa… biar ga telat; dan…
14. belajar menertawakan diri sendiri. Laugh a lot for us. Cheers!