FATHER
...
“Fathers
be good to your daughters
Daughters
will love like you do
Girls become lovers who turn into mothers
So mothers be good to your daughters too”
...
(Daughters-John
Mayer)
Entah
kenapa petikan lagu diatas beberapa hari ini terngiang-ngiang di kepalaku. Iya,
John Mayer, penyanyi favoritku itu tahu benar membidik telinga pendengar.
Dengan petikan gitarnya yang enggak perlu diragukan lagi, ditambah lirik yang
cukup emosional diatas, sedikit mengisahkan tentang hubungan keluarga. Dua baris
lirik yang aku bold diatas menginspirasiku
untuk menuliskan salah satu sosok terbesar dalam hidup semua orang. Bapak.
***
Aku
jarang ngobrol dengan bapakku. Pun ketika kesempatan itu terbentang lebar-lebar
– saat aku pulang ke rumah baca:liburan)dari merantau di kota Gudeg ini.
Aku
menebak, mungkin caranya dibesarkan dulu kemudian diterapkannya di rumah. Yang
aku tahu, kebanyakan orang tua membesarkan anaknya dengan cara bagaimana dia
dulu dibesarkan.
Aku
masih terlalu naïf, berpikir bahwa sulit untuk merubah hubungan yang terlanjur
kaku. Jujur, aku tidak dekat dengan beliau, mungkin fakta bahwa sewaktu kecil
hingga berumur 10 tahun aku tidak tinggal serumah dengan keluarga intiku ikut
mempengaruhi kualitas hubunganku dengan beliau. Mungkin tidak seperti hubungan
dimana anak perempuannya bermanjaan dengan ayahnya. no! enggak usah muluk-muluk. Ngobrol santai ngalor ngidul hingga
tertawa, atau berujung pada perdebatan tentang hal-hal yang enggak penting pun
aku jarang banget. Sakjane... aku ingin ngobrol tentang banyak hal. Dengan santai. Ngobrol
tentang tanaman-tanamanmu, ngobrol tentang jaman dulu, atau ngobrol tentang
bagaimana memilih pasangan hidup #uhuk.
Terkadang,
disela-sela menonton TV, Bapak bertanya kepadaku hal remeh temeh yang lagi
terlintas di TV. Aku tahu, Pak... sebenarnya kau tahu jawaban atas pertanyaanmu
itu, karena kau sering mengamati (bahasa jawanya “titen”). Bahkan, ketika nyatanya kau memang tidak tahu jawabannya,,,
kau cuma ingin berbicara. Itu saja. Ironis...
Aku
memilih untuk membuang cara lama berkomunikasi dalam keluargaku ketika aku
punya keluarga nanti.
Bekerja
dan menghargai orang - dua hal yang
jelas nampak dari pribadinya. Bapakku mengajarkan kepada kami untuk
mendahulukan orang lain terlebih dulu, ngajeni
(menghormati) orang yang lebih tua, serta budaya mengakrabi orang-orang dari
berbagai kalangan itu adalah hal-hal lain yang nampak jelas dari pribadimu, Pak... sedikit aku belajar ternyata hal-hal itu
sangat dibutuhkan, kerasa berguna banget pas dua bulan KKN kemarin. Thanks, father...
Telat
aku sadari bahwa kami jarang memiliki quality
time. Untuk mencairkan suasana, seringkali topik obrolan kami tentang topik
yang beliau kuasai betul. Pertanian. Iya, beliau tidak pernah mengenyam
pendidikan di bidang pertanian. Tapi beliau tahu benar cara memperlakukan
makhluk Tuhan yang kita sebut tanaman. Dari tangan dinginnya, hasil panen buah-buahan
dan sayuran bisa dibilang seringkali memuaskan.
Tomat
Samping Rumah
Semakin
kesini aku belajar bahwa dibalik sosoknya yang jarang berkata-kata itu, dibalik
kekakuannya untuk berhubungan dengan anaknya, dibalik sosoknya yang disegani,,,
Bapakku hanya seorang bapak. manusia yang secara instingtif butuh untuk
berkomunikasi dengan anaknya.
Semakin
kesini, aku belajar bahwa bersyukur mempunyai bapak sebagai bapakku. Pernah aku
merasa terlambat mengenal bapakku. Pernah aku menyesal kenapa tidak dari dulu
dekat dengannya. Mungkin
yang diinginkannya tidak muluk2. Beliau pastinya
rindu berada di posisi dimana seorang bapak bisa jadi bapak, atau jadi teman
sekaligus bagi anggota keluarganya. Just
like me, in a point of view of as a daughter.
Like
Father Like Daughter
I convince myself it’s not too late to begin. Maybe it’s a
little bit awkward, but I’m gonna try.
Photonya bagus banget!
BalasHapusHi, Joice...
BalasHapusoh ya? terimakasih :)
fashion blogger yah?
anyway blognya keren...
salam kenal :D