Kata "Sriwedari" sudah tidak asing lagi dalam benak orang-orang Indonesia.
Sebuah perusahaan rokok besar bahkan menjadikan kata ini jadi salah satu merek dagangnya. Dengan tagline yang menggambarkan realita hidup, "Kopi Disruput, Sri Dihirup" si pembuat iklan sengaja menempatkan emosi konsumennya bahwa hidup akan lebih ringan dengan dua aktifitas itu. Aktifitas yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang ngopi. Sambil ngerokok. Entahlah :S
Pun kata "Sriwedari" ini juga ngga asing lagi buat penikmat lagu-lagunya Maliq n D' Essential (hey, me too!). Coba simak lirik lagunya Maliq yang berjudul Setapak Sriwedari dibawah ini:
Lihat langit diatas
Selepas hujan reda
Dan kau lihat pelangi
Seperti kau disini
Hadirkan sriwedari
Dalam suka duniawi
...
"hadirnya seorang pendamping hidup dalam hidup kita akan menghadirkan pula sebuah surga." kurang lebih begitu lah maksudnya Maliq.
Produsen rokok diatas, dan Maliq n d' Essentials mungkin ingin turut serta membawa spirit kesenangan macam apa yang ditawarkan Sriwedari kedalam karya mereka. Sriwedari. Sebuah kata yang mengingatkan pada taman rekreasi dan hiburan keluarga di Kota Solo. Salah satu ikonnya yang paling terkenal bahkan. Ya, taman itu bernama Taman Sriwedari.
Produsen rokok diatas, dan Maliq n d' Essentials mungkin ingin turut serta membawa spirit kesenangan macam apa yang ditawarkan Sriwedari kedalam karya mereka. Sriwedari. Sebuah kata yang mengingatkan pada taman rekreasi dan hiburan keluarga di Kota Solo. Salah satu ikonnya yang paling terkenal bahkan. Ya, taman itu bernama Taman Sriwedari.
Jadi, tujuan ketiga kita setelah ishomi (istirahat, sholat, minum es) adalah Taman Sriwedari. Letaknya persis di pinggir Jalan Slamet Riyadi, berdekatan dengan Museum Radya Pustaka.
Bagaimana gambaran Taman Sriwedari versi saya?
Di depan gerbang Taman Sriwedari ada tempat nyantai yang dipayungi pohon-pohon besar nan tua. Semilir. Liat orang duduk-duduk ngobrol sembari memandangi lalu lintas jalan satu arah Slamet Riyadi mungkin jadi salah satu aktifitas yang mengasyikkan bagi warga Solo.
Masuk ke arena Taman, ada tulisan berhuruf kapital TAMAN SRIWEDARI diatas gerbang. Didalamnya ada sebuah pendopo. Tampak ada beberapa kerumunan orang yang terpisah sedang duduk cantik sambil ngobrol. Yang mainan gadget ada. Suasana pendopo juga menawarkan gelombang ngantuk, sehingga yang tidur juga adaa.
Disamping pendopo ada sebuah galeri lukis dan warung jajan. Melangkah lebih jauh ke kanan pendopo, ada seperangkat alat wahana mainan anak-anak, yap... itu Taman Hiburan Rakyat, semacem Wonderia di Semarang lah.
Tapi tapiii.... Penggambaran Taman Sriwedari diatas bikin dahi saya mengernyit ketika dihadapkan pada fakta bahwa disekitaran taman ada beberapa rumah semi permanen yang bikin miris. Keadaan ini bikin saya jadi korban PHP. PHP karena punya ekspektasi yang sama, sama kaya gambaran Sriwedarinya perusahaan rokok itu, juga Sriwedarinya Maliq.
Dari berbagai sumber di internet, Taman Sriwedari konon katanya merupakan taman rekreasi dan kebun binatang keluarga raja Solo. Jaman dulu siapa sih selain raja yang punya kemewahan macam itu?
Jaman sekarang? Sriwedari... surgakah?
melihat orang bisa tiduran didalamnya, melihat beberapa kumpulan orang terlibat perbincangan seru ngalor ngidul bersama kawannya, bukankah itu juga surga lain yang ditawarkan Sriwedari?
0 komentar:
Posting Komentar