Setelah puas liat-liat Siti Hinggil, kita ke Museum Keraton Solo, yang waktu itu cukup ramai.
Di posting sebelumnya udah disinggung kalo untuk masuk ke Museum Keraton Solo ini kita engga perlu beli tiket masuk, karena udah sekalian sama tiket Siti Hinggil dan Keraton.
Untuk menuju kesini bisa lewat bangunan dibelakang Siti Hinggil yaitu semacam benteng dan menyeberangi jalan umum.
Museum ini berisi benda-benda bersejarah peninggalan Keraton Solo, yang tentu saja dilindungi sama Undang-Undang tentang Cagar Budaya.
ini dia nih benda-benda peninggalannya;
perkakas liwet : ilir, tampah, kusan, dandang, rinjing beras
porselen china ada juga disini
replika pendopo
tempat lilin ?
ini walisanga apa Pangeran Diponegoro ya?
mungkin penampakannya patih gadjah mada kaya gini kali yah?
lagi amin amin
penjaga pintu yang entah bergaya timur tengah
dayung perahu Kyai Rajamala
risban
pahatan dinding
replika manten
diorama wayang kulit
kereta kencana
kursi govermen Surakarta
bukan roro jonggrang
eh ada logonya ITB ...
pancaran dhyani buddha dalam wujud manusia, melambangkan 5 arah mata angin
jajaran lukisan petinggi Keraton Solo
hari gini masih ada yang make ga ya?
replika petinggi keraton
jaman kecil dulu pernah mainan ini?
Catetan :
Beberapa ruangan di musium ini terhubung satu sama lain, alias engga bertembok, jadi membentuk lorong gitu lah. Bangunan museum atapnya tinggi-tinggi, tapi minim sirkulasi udara (kecuali pintunya dibuka).
Ditambah dengan cat yang sudah memudar, seakan membuat peneguhan suasana macam apa yang ditimbulkan dari kebanyakan museum... Untung kesininya pagi-pagi. Ga kebayang kalo malem-malem :s
Beberapa ruangan di musium ini terhubung satu sama lain, alias engga bertembok, jadi membentuk lorong gitu lah. Bangunan museum atapnya tinggi-tinggi, tapi minim sirkulasi udara (kecuali pintunya dibuka).
Ditambah dengan cat yang sudah memudar, seakan membuat peneguhan suasana macam apa yang ditimbulkan dari kebanyakan museum... Untung kesininya pagi-pagi. Ga kebayang kalo malem-malem :s
0 komentar:
Posting Komentar