Sabtu, 22 Maret 2014

FATHER

FATHER
...
“Fathers be good to your daughters
Daughters will love like you do
Girls become lovers who turn into mothers
So mothers be good to your daughters too
...
(Daughters-John Mayer)

Entah kenapa petikan lagu diatas beberapa hari ini terngiang-ngiang di kepalaku. Iya, John Mayer, penyanyi favoritku itu tahu benar membidik telinga pendengar. Dengan petikan gitarnya yang enggak perlu diragukan lagi, ditambah lirik yang cukup emosional diatas, sedikit mengisahkan tentang hubungan keluarga. Dua baris lirik yang aku bold diatas menginspirasiku untuk menuliskan salah satu sosok terbesar dalam hidup semua orang. Bapak.

***

Aku jarang ngobrol dengan bapakku. Pun ketika kesempatan itu terbentang lebar-lebar – saat aku pulang ke rumah baca:liburan)dari merantau di kota Gudeg ini.
  
Aku menebak, mungkin caranya dibesarkan dulu kemudian diterapkannya di rumah. Yang aku tahu, kebanyakan orang tua membesarkan anaknya dengan cara bagaimana dia dulu dibesarkan.

Aku masih terlalu naïf, berpikir bahwa sulit untuk merubah hubungan yang terlanjur kaku. Jujur, aku tidak dekat dengan beliau, mungkin fakta bahwa sewaktu kecil hingga berumur 10 tahun aku tidak tinggal serumah dengan keluarga intiku ikut mempengaruhi kualitas hubunganku dengan beliau. Mungkin tidak seperti hubungan dimana anak perempuannya bermanjaan dengan ayahnya. no! enggak usah muluk-muluk. Ngobrol santai ngalor ngidul hingga tertawa, atau berujung pada perdebatan tentang hal-hal yang enggak penting pun aku jarang banget. Sakjane... aku ingin ngobrol tentang banyak hal. Dengan santai. Ngobrol tentang tanaman-tanamanmu, ngobrol tentang jaman dulu, atau ngobrol tentang bagaimana memilih pasangan hidup #uhuk.

Terkadang, disela-sela menonton TV, Bapak bertanya kepadaku hal remeh temeh yang lagi terlintas di TV. Aku tahu, Pak... sebenarnya kau tahu jawaban atas pertanyaanmu itu, karena kau sering mengamati (bahasa jawanya “titen”). Bahkan, ketika nyatanya kau memang tidak tahu jawabannya,,, kau cuma ingin berbicara. Itu saja. Ironis...

Aku memilih untuk membuang cara lama berkomunikasi dalam keluargaku ketika aku punya keluarga nanti.

Bekerja dan  menghargai orang - dua hal yang jelas nampak dari pribadinya. Bapakku mengajarkan kepada kami untuk mendahulukan orang lain terlebih dulu, ngajeni (menghormati) orang yang lebih tua, serta budaya mengakrabi orang-orang dari berbagai kalangan itu adalah hal-hal lain yang nampak jelas dari pribadimu, Pak... sedikit aku belajar ternyata hal-hal itu sangat dibutuhkan, kerasa berguna banget pas dua bulan KKN kemarin. Thanks, father...

Telat aku sadari bahwa kami jarang memiliki quality time. Untuk mencairkan suasana, seringkali topik obrolan kami tentang topik yang beliau kuasai betul. Pertanian. Iya, beliau tidak pernah mengenyam pendidikan di bidang pertanian. Tapi beliau tahu benar cara memperlakukan makhluk Tuhan yang kita sebut tanaman. Dari tangan dinginnya, hasil panen buah-buahan dan sayuran bisa dibilang seringkali memuaskan. 


Tomat Samping Rumah

Semakin kesini aku belajar bahwa dibalik sosoknya yang jarang berkata-kata itu, dibalik kekakuannya untuk berhubungan dengan anaknya, dibalik sosoknya yang disegani,,, Bapakku hanya seorang bapak. manusia yang secara instingtif butuh untuk berkomunikasi dengan anaknya. 

Semakin kesini, aku belajar bahwa bersyukur mempunyai bapak sebagai bapakku. Pernah aku merasa terlambat mengenal bapakku. Pernah aku menyesal kenapa tidak dari dulu dekat dengannya.  Mungkin yang diinginkannya tidak muluk2. Beliau pastinya rindu berada di posisi dimana seorang bapak bisa jadi bapak, atau jadi teman sekaligus bagi anggota keluarganya. Just like me, in a point of view of as a daughter. 


Like Father Like Daughter

I convince myself it’s not too late to begin. Maybe it’s a little bit awkward, but I’m gonna try. 



2 komentar:

  1. Hi, Joice...
    oh ya? terimakasih :)
    fashion blogger yah?
    anyway blognya keren...
    salam kenal :D

    BalasHapus