Senin, 02 Maret 2015

Tuhan, Aku, dan Bianglala

Sedikit yang kutau tentang kehidupan.


 via photobucket.com



Mungkin kalo dianalogikan, hidup itu seperti berada didalam bianglala.
Bianglala.
Permainan pasar malam nomer satu.
Tidak terlalu mengaduk-aduk isi perut.
Namun cukup menantang bagi yang menderita phobia ketinggian. 
Hanya dengan melihat ada objek berbentuk bundar raksasa di kejauhan, orang juga tau disitulah pasar malam bersemayam.

Ternyata ada hal lain yang bianglala ajarkan padaku.

Kita beli tiketnya, kita masuk ke dalamnya. 
Duduk manis sambil menikmati euforianya bersama penumpang lain.
Sambil menikmati kerlap-kerlip lampu dibawah.
Sambil menikmati kerlap-kerlip bintang di angkasa. 

Bianglala berputar. Hidup berputar.
Kadang persis diatas, arah jam 12. Hidup lagi dipuncak.
Kadang persis disamping, arah jam 3 atau jam 9. Hidup lagi di zona aman, tak bergeming. 
Kadang persis dibawah, arah jam 6. Hidup lagi dibawah. 
Sisanya akan memutar kita naik menuju arah jam 7,8, 10, dan 11.
Atau berputar turun menuju ke arah jam 1, 2, 4, atau 5. 
Begitu terus. 
Sampai jatah kita habis, harus gantian sama penumpang selanjutnya. Hidup berakhir. 

Didalamnya, sejenak kita lupa ada tangan-tangan.
Tangan-tangan yang terus membuatnya berputar, sesekali mengombang-ambingkannya kecil. 
Tangan-tangan yang sama yang membuatnya berhenti. 

Begitu juga dengan hidup. 
Meminjam bahasanya Adam Smith, The Invisible Hand.
Ada tangan tak terlihat yang menggerakkannya. 
Tangan itu tangan Tuhan.
Tangan yang membuat hidup kita jungkir balik.
Tangan yang membuat kita di zona aman.
Tangan-Nya jugalah yang membuat kita tertantang ke level selanjutnya, menuju puncak.

Disaat hilang orientasi seperti ini, aku bertanya pada Tuhan dengan banyak kata “kenapa?”.
"Kenapa ngga seperti yang lain saja?"
"Kenapa begini?"
"Kenapa begitu?"
"Kenapa blablabla...."
Kakakku tau benar akan hal itu.
Aku terlalu banyak bertanya kenapa.

Teringat bianglala. 
That’s how God does with the life.

Diatas banyak "kenapa"
Ada banyak "mungkin"
Atau mungkin memang itu adanya (?)

Mungkin Tuhan sayang banget sama aku.
Mungkin dengan cara ini Tuhan mau aku merangkul diriku.


HambaKu, kamu tuh kepenginnya gini, kan?
Ini lho... Aku kasih jalan. 
Kamu cuma perlu mengikutinya.


Mungkin Tuhan pengin mengeluarkan aku dari antrian, dari berdesak-desakan dengan orang lain.
Mungkin Tuhan mau aku belajar dari hal-hal yang luput.
Mungkin Tuhan sedang mengajari, bahwa diluar sana ada jalan kecil. 
Jalan itu mungkin tidak menawarkan apa-apa yang ditawarkan oleh jalan besar.
Tapi mungkin jalan itu layak untuk bertumbuh.

Yasudah, damai aja ya...


" Nikmatmu akan bertambah kalo kamu bersyukur."
Al-Quran 




0 komentar:

Posting Komentar